Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru-baru ini mengumumkan bahwa ada lima perusahaan yang siap melantai di bursa melalui rencana penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO). Informasi ini menjadi sinyal positif bagi geliat pasar modal Indonesia.
Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan, menegaskan bahwa tren penghimpunan dana di pasar modal masih menunjukkan performa yang sangat baik. Hal ini tercermin dari total nilai penawaran umum yang signifikan.
Per 31 Juli 2025, nilai penawaran umum dari seluruh instrumen di pasar modal telah mencapai angka impresif, yaitu Rp 144,78 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 6,69 triliun merupakan kontribusi dari 14 perusahaan baru yang berhasil mencatatkan sahamnya di bursa.
Lebih lanjut, Inarno dalam konferensi pers pada Senin (4/8/2025) mengungkapkan bahwa masih terdapat 11 pipeline penawaran umum lainnya yang siap menyusul, dengan perkiraan nilai indikatif mencapai Rp 12,96 triliun. Ini menunjukkan antusiasme yang berkelanjutan dari berbagai sektor untuk mengakses pendanaan melalui pasar modal.
Secara rinci, dari 11 pipeline tersebut, lima di antaranya merupakan rencana IPO, yang diharapkan mampu menghimpun dana sebesar Rp 6,28 triliun. Selain itu, terdapat satu perusahaan yang berencana melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) dengan perkiraan nilai Rp 270 miliar. Pasar juga akan melihat satu rencana penawaran umum efek bersifat utang dan/atau sukuk (EBUS) senilai Rp 1,40 triliun. Terakhir, ada empat rencana penerbitan Penawaran Umum Berkelanjutan Efek Berbasis Investasi Syariah (PUB EBIS) Tahap I & II yang ditargetkan mencapai Rp 5 triliun. Kehadiran berbagai instrumen ini menegaskan diversifikasi serta dinamisme pasar modal Indonesia dalam memfasilitasi kebutuhan pendanaan emiten.
