Artikel.or.id JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Juli 2025 dengan pelemahan tipis 0,87% menuju level 7.484,34 pada Kamis (31/7). Meskipun demikian, performa IHSG sepanjang bulan Juli menunjukkan penguatan yang solid, berhasil naik 8,04% secara kumulatif.
Memasuki Agustus, prospek pasar saham Indonesia menjadi sorotan. Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, melihat adanya peluang rebound teknikal yang dapat terjadi pada pertengahan hingga akhir Agustus. Ia menyoroti bahwa di tengah tekanan eksternal seperti risiko perlambatan global akibat dampak tarif dagang dan tensi geopolitik regional, IHSG menunjukkan ketahanan yang relatif lebih baik dibandingkan bursa regional lainnya.
Keketahanan ini, menurut Liza, didukung oleh sektor-sektor konglomerasi dengan kapitalisasi pasar besar, yang belakangan memperoleh katalis positif dari dinamika terkait tarif impor global terkini. Ini menjadi salah satu faktor kunci mengapa pasar saham domestik mampu bertahan dari gejolak global.
Liza Camelia Suryanata juga menggarisbawahi beberapa sentimen krusial yang patut dicermati investor sepanjang Agustus 2025. Dimulai dengan berlakunya tarif impor Presiden Amerika Serikat Donald Trump per 1 Agustus 2025. Selain itu, Agustus akan menjadi puncak musim rilis kinerja emiten periode semester I-2025, di mana ia melihat potensi kejutan positif, terutama dari sektor perbankan, telekomunikasi, dan tambang logam mulia. Kebijakan Bank Indonesia (BI) dan pergerakan nilai tukar rupiah turut menjadi perhatian; dengan inflasi yang terkendali dan rupiah yang stabil, Kiwoom Sekuritas memproyeksikan adanya peluang bagi BI untuk memangkas suku bunga, yang akan menjadi katalis positif signifikan bagi sektor domestik, khususnya perbankan yang saat ini masih laggard. Terakhir, prospek ekonomi Tiongkok dan global perlu dipantau; meskipun pertumbuhan PDB Tiongkok masih solid di 5,3%, pelemahan aktivitas manufaktur dan ekspor mereka dapat menekan harga komoditas dan permintaan global, namun di sisi lain, kondisi ini justru membuka ruang bagi pelonggaran moneter di tingkat regional, termasuk di Indonesia.
Menambahkan perspektif, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, menekankan pentingnya memantau aliran dana investor asing di tengah dinamika pasar modal. Menurutnya, jika ketegangan global mereda dan investor asing kembali masuk ke pasar saham Indonesia, hal tersebut bisa menjadi sentimen positif pendorong penguatan IHSG. Namun, apabila investor asing masih bersikap menanti dan melihat (wait and see), kenaikan indeks akan cenderung tertahan karena pergerakan pasar saat ini masih didominasi oleh dana domestik. Secara teknikal, Ekky memproyeksikan IHSG akan mengalami fase koreksi terlebih dahulu di awal Agustus, mengingat indeks telah terindikasi overbought dan belum ada sentimen positif baru yang cukup kuat untuk mendorong penguatan berkelanjutan.
Lebih lanjut, Ekky menilai laporan keuangan kuartal II-2025 diproyeksikan tidak akan sekuat kuartal sebelumnya, karena sebagian besar emiten menghadapi kondisi perlambatan ekonomi. Meskipun demikian, setelah potensi koreksi awal tersebut, peluang rebound kembali terbuka. Ia memproyeksikan rentang pergerakan IHSG untuk bulan Agustus kemungkinan besar akan berada di kisaran 7.250 hingga 7.650.
Optimisme terhadap bulan Agustus juga disampaikan oleh Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus. Ia mengamati bahwa dalam satu dekade terakhir, IHSG mencatatkan rata-rata kenaikan sebesar 1,83% di bulan Agustus dengan tingkat profitabilitas mencapai 89%. Nico menjelaskan bahwa bulan Agustus, layaknya Juli, senantiasa membawa harapan, mengingat potensi kenaikannya mencapai 100% dalam 10 tahun terakhir. Ia memproyeksikan, IHSG akan bergerak dalam rentang yang lebih luas, yaitu 7.400–7.730.
Nico menambahkan, apabila IHSG terkoreksi, diharapkan level 7.220 dapat menjadi batas bawah, guna menjaga asa penguatan menuju 7.700. Untuk Agustus 2025, ia menilai saham-saham dari sektor teknologi, energi, properti, dan bahan baku dinilai menarik untuk dicermati, sebab masih memiliki potensi penguatan yang signifikan.
Senada, Kiwoom Sekuritas memproyeksikan IHSG akan bergerak dalam kisaran 7.240 – 7.500 di bulan Agustus 2025. Mereka merekomendasikan lima saham unggulan bagi investor. Di antaranya adalah BBCA dengan target harga Rp 10.200, KLBF dengan target Rp 1.770, serta MDKA, AKRA, dan SSIA dengan target harga masing-masing Rp 2.850, Rp 1.630, dan Rp 650.