Defisit Perdagangan: Cina Penyebab Terbesar Januari-Juni 2025!

Jakarta – Cina kini menjadi penyumbang terbesar defisit perdagangan bagi Indonesia. Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia dengan Tiongkok pada periode Januari hingga Juni 2025 mencatatkan defisit yang signifikan, mencapai minus US$ 9,73 miliar.

Meskipun secara keseluruhan neraca dagang Indonesia pada semester awal 2025 berhasil membukukan surplus sebesar US$ 19,48 miliar, dengan Amerika Serikat sebagai kontributor surplus terbesar, namun defisit dengan negara-negara tertentu patut menjadi perhatian. Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers rilis BPS pada Jumat, 1 Agustus 2025, menjelaskan bahwa Tiongkok memimpin daftar negara penyumbang defisit terdalam. Setelahnya, ada Singapura dengan defisit minus US$ 3,09 miliar dan Australia dengan minus US$ 2,66 miliar.Aa1Fut5P

Defisit perdagangan Indonesia terhadap Cina ini menunjukkan pelebaran yang cukup drastis. Sebagai perbandingan, pada periode Juni-Juli 2024, defisit perdagangan antara Indonesia dan negara Tirai Bambu tersebut tercatat sebesar minus US$ 5,22 miliar. Angka ini menegaskan adanya peningkatan kebutuhan impor dari Cina yang belum diimbangi dengan ekspor.

Dominasi Cina sebagai pemasok barang impor juga terlihat jelas. Selama Januari-Juni 2025, Tiongkok menjadi negara pemasok barang impor nonmigas terbesar bagi Indonesia, dengan nilai mencapai US$ 40,00 miliar. Angka ini setara dengan 39,97 persen dari total impor nonmigas Indonesia. Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh Jepang dengan US$ 7,47 miliar dan Amerika Serikat dengan US$ 4,87 miliar.

Beberapa komoditas nonmigas utama asal Cina yang paling berkontribusi pada defisit perdagangan Indonesia pada semester pertama 2025 meliputi mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS84), mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS85), serta kendaraan dan bagiannya (HS87). Ketergantungan pada impor dari komoditas-komoditas ini menyoroti struktur perdagangan yang perlu evaluasi lebih lanjut.

READ :  WSKT & WIKA Jual Tol: Jasa Marga

Pilihan Editor: Ketika Harga Beras Naik Ketika Daya Beli Melemah

Related Post